Karya: Firah_ff
Pagi
hari di kota Renstan sungguh sejuk, seperti biasanya. Matahari terlihat
tersenyum padaku, hembusan angin yang sepoi-sepoi sangat menyejukkan hatiku di
temani langit biru. Aku mengarahkan pandanganku pada jam tangan warna putih
yang ku kenakan. “Astaga… udah jam tujuh aku terlambat ke sekolah” Rupanya aku
terhanyut oleh pagi yang cerah, langsung saja aku berlari tanpa memikirkan
apapun di sekitarku.
Bruk…
Aku
menabrak seorang anak yang nampaknya seumuran denganku, anak itu mengenakan rok
biru berwarna kotak-kotak dan baju putih yang terdapat lambang sekolah ku “Hanmoon”
di lengan kanannya. Aku membantunya untuk berdiri dan meminta maaf kepadanya.
Ia langsung saja lari dan tak menanggapi permintaan maafku.
Benar
saja dugaanku, aku terlambat untuk
kesekian kalinya. Seperti biasanya aku melapor pada Shela yang piket hari ini
dan memulai pekerjaan memberantas sampah di halaman sekolah dengan di senjatai
sapu lidi yang terlihat sudah tua.
Aku
memulai pertarunganku dengan sampah, tapi aku melihat seseorang yang sepertinya
tak asing di mataku “Wah… bukankah itu anak yang aku tabrak tadi” gumamku. Aku
langsung saja menghampiri anak yang senasip membersihkan sampah sepertiku.
“Hai…
kenalkan namaku Flo, maaf yah… tadi pagi aku menabrakmu” ucapku ramah, sambil
menjulurkan tangan. Anak itu membalas perkataanku dengan seyuman yang manis,
tiba-tiba saja angin berhembus lembut dan mengayun-ayunkan rambut ikal anaknya.
“Aku
Lenata, salam kenal Flo” Anak itu membalas menjulurkan tanganku dan bersalaman
tanda tuk memulai pertemanan. Lenata teman yang baik, baru saja kami berkenalan
aku sudah akrab dengannya.
kring…. kring…
kring…
Bel
masuk tlah berbunyi. Lenata langsung saja pergi ke ruang kepala sekolah,
setelah aku memberi tahukan di mana ruangan kepala sekolah. Aku ingin
mengantarnya tapi aku di tugasi guru olahragaku Mr. David untuk mengembalikan
sapu-sapu ini.
Setelah
aku mengembalikan sapu ke gudang segera
ku mencuci tangan dan pergi ke kelas.
“syukurlah
aku bisa beristirahat sebentar” gumamku sambil menyandarkan badan lelah ini ke
bangku dan tiba-tiba…
“Woi… “Teriak
sahabatku Alvin yang sepontan mengangetkanku, hampir saja aku terjatuh dari
bangku.
“Ada
apa, ngak lihat nih aku sedang bersantai” Ujarku agak kesal
“Iya…
iya… maaf deh, habisnya serius banget nyantenya. Makanya ekor kuda jangan
terlambat mulu datang ke sekolah” Alvin
sok menasehatiku dengan seribu nasehatnya yang akan masuk ke telinga
kananku dan ke luar ke telinga kiriku di tambah lagi mengejekku ekor kuda
Karena memang rambutku seperti ekor kuda, namun aku tak pernah tersinggung akan
ucapannya karena aku juga sering mengejeknya empat mata, tentu karena ia
memakai kaca mata.
“Flo
kamu tahu ngak hari ini kabarnya ada anak baru yang masuk ke kelas kita…” belum
selesai Alvin memberiku gosip hari ini. Seperti biasanya. Tito berlari ke kelas
sambil berteriak .
“Ms. Susan
datang… Ms. Susan datang” Langsung saja semua murid di kelasku berlari
tergesa-gesa ke bangku masing-masing. Tak terkecuali Alvin yang duduk di
belakang bangku ku.
Hari
ini Ms. Susan datang ke kelas kami tidak seperti biasanya, ia di temani seorang
siswa. Benar saja itu siswa baru yang di ceritakan oleh Alvin, wah… terkejutnya
aku melihat bahwa siswa baru itu adalah Lenata.
“Perkenalkan
namaku Lenata, aku siswa pindahan dari luar kota. Salam kenal teman-teman”
lagi, Lenata memberikan senyum manisnya pada kami sekelas tanda ia
memberitahukan pada kami bahwa ia sosok yang ramah. Lenata menuju bangku yang
akan ia gunakan. Hanya bangku di sebelahku yang belum terisi. Ms. Susan
langsung saja menyuruh Lenata duduk di sampingku.
“Baiklah
anak-anak siapkan buku mate-matika kalian dan buka halaman 45 coba kalian
kerjakan soal nomor satu sampai lima“ Ujar Mis. Susan sambil membuka buku absen
kelas kami.
“Hai…
Len aku Alvin salam kenal” ujar Alvin agak pelan sambil memegang pundak Lenata.
“Iya
salam kenal juga Vin” Lenata membalas perkenalan Alvin dengan ramah sambil
menengok kearah Alvin.
Sudah dua hari Lenata bersekolah di
sekolah ku, tapi hari ini bangku di sebelah ku kosong. Dimana Lenata?. Ms.
Susan memulai mengajar. ia membuka absen sambil memperbaiki kaca matanya.
Satu-persatu nama siswa di panggil. Ketika nama Lenata dipanggil.
“Lenata sakit miss ini suratnya”
Ucap Alvin sambil mengacungkan tangan dan berjalan kearah Ms. Susan.
Aku
terkejut lenata sakit, Alvin menyerahkan surat Lenata pada Ms. Susan dan ia
berjalan kebangkunya. Belum saja Alvin duduk di bangkunya aku langsung bertanya
mengenai keadaan lenata dan bagaimana bisa surat Lenata ada pada Alvin.
“Ibuku
memberikannya tadi pagi, katanya sih tadi pagi ada ibunya Lenata yang datang ke
rumahku dan menitipkan surat itu padaku. Oia… Flo ternyata rumah hantu yang ku
ceritakan kemarin adalah rumah Lenata.” Alvin menjelaskan semuanya padaku sambil
membuka bukunya.
Aku dan Alvin keheranan dengan Lenata, kami
berfikir itukan rumah yang di kenal rumah hantu di kota berg kenapa ada yang
mau tinggal di sana. Walaupun Lenata memang anak yang baik dan ramah tapi ia
tak pernah bercerita banyak tentangnya, di mana ia tinggal dan dari mana ia
tinggal sebelum di kota berg. Muncullah sikap keingin tahuan aku dan Alvin
mengenai Lenata, sejak aku dan Alvin bersahabat 6 tahun lalu kami menyukai satu
hal yang sama, yaitu misteri. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk menjenguk
dan mengetahui lebih banyak tentang Lenata, sore ini sepulang sekolah aku dan
Alvin akan pergi ke rumah Lenata.
“Lenata…
Lenata… “ Ucap Alvin dengan suara yang cukup nyaring sambilku mencoba mengetuk
pintu rumah Lenata yang terlihat sudah berumur dan tak terawat.
“Flo,
gimana nih sepertinya rumah Lenata kosong deh. Kita pulang ajah, yuk” Semangat
Alvin mulai luntur karena tak ada juga orang yang menanggapi kedatangan kami
berdua, tapi tiba-tiba pintu rumah terbuka dan keluar seorang wanita cantik dan
sangat mirip dengan Lenata
“sepertinya
ibu Lenata itu ibunya Lenata” bisik Alvin ke padaku dengan suara yang begitu
pelan.
“Kalian
teman-teman Lenata, yah. Silakan masuk Lenata ada di kamarnya” ucap wanita itu
dengan ramah dan mengantarkan kami ke kamar Lenata. Aku dan Alvin takjub
melihat di dalam rumah Lenata. Kami seakan berada di dalam mimpi, di luar rumah
Lenata dan di dalam sangatlah berbeda 180°. semua benda-benda di dalam rumah
tersusun rapi dan sangatlah mewah, sungguh rumah ini seakan tak terlihat sebagai
rumah hantu. Aku melihat ke segala arah di rumah ini, tapi tiba-tiba …
Bruk…
Aku
menjatuhkan buku yang tersusun rapi di atas meja dan dengan sekejap buku itu
kembali ketempatnya dan merapikan diri sendiri “apakah ini sihir?” Ucap ku
dalam hati. Aku dan Alvin hanya menyimpan keanehan dan semua hal yang
menimbulkan seribu pertanyaan ini di dalam benak masing-masing. Tibalah kami ke
kamar Lenata yang berada di dekat tangga lantai dua. “Tok… tok… tok…”Ibu Lenata
mengetuk pintu kamar yang terpajang nama Lenata di depan pintu.
“Len…
ini teman kamu ada di sini, buka pintunya” Ibu Lenata memanggil Lenata dengan
lembutnya, tidak lama kemudian pintu kamar terbuka. Terlihat Lenata yang
diselimuti selimut dengan hidungnya yang merah.
“Wah…
Flo, Alvin ayo, masuk kita ngobrol di dalam kamarku” Lenata mengizinkan aku dan
Alvin untuk masuk ke kamarnya yang begitu besar dengan, telivisi dan computer
yang mewah.
“Len…
ibu ke bawah dulu yah… ambil minuman untuk kalian” ucap ibu Lenata dengan
senyumannya yang mirip dengan Lenata dan pergi sambil menutup pintu kamar
Lenata.
kami
bertiga duduk di beranda kamar Lenata pemandangannya begitu indah dengan pohon
di pekarangan depan rumah Lenata. Awalnya aku agak bingung dan janggung untuk
menyapa dan bertanya sesuatu pada Lenata karena kejadian tadi. Tapi Lenata
memulai percakapan dengan…
“Bertanyalah,
apa yang ingin kalian tanyakan padaku” Lenata mengucapkan kalimat itu dengan
ramah sambil berdiri dan berjalan kearah pagar beranda.
“Ehm…
Len, apa rumah kamu mempunyai kekuatan sihir?” Ucap Alvin agak ragu.
“Teman-teman
sebenarnya aku dan keluargaku adalah penyihir, dan aku berasal dari dunia
penyihir. Aku dan keluargaku datang ke bumi karena ingin mengalahkan Danstrom.
Danstrom adalah penyihir jahat yang ingin menguasai dunia kalian, juga dunia
penyihir. Di dalam tubuhku ini terdapat sebuah berlian fatula, berlian ini
mempunyai kekuatan untuk meningkatkan ilmu seorang penyihir agar dapat
menguasai seluruh jagat raya, itu sebabnya aku sering sakit seperti ini” Lenata
menjelaskan semua hal yang sebenarnya tak boleh di ceritakan oleh manusia
seperti aku dan Alvin.
“Len…
apa kamu bercanda?” tanyaku dengan sikap yang ingin menghancurkan keadaan yang
begitu formal ini.
Lenata
mengangkat tangannya dan tiba-tiba saja, vas bunga yang ada di atas meja
melayang-layang di udara. “Gimana kalian percaya aku penyihir, sebenarnya hal
ini tak boleh di ceritakan oleh manusia. Tapi aku merasa kalian adalah orang
yang baik dan baik pula menjadi sahabatku”. Ucap Lenata sambil menurunkan vas
bunga itu dan kembali duduk.
Dengan
spontan Alvin mengatakan
“Oke,
baiklah selamat Len… kamu resmi menjadi sahabat kami” Sambil menjulurkan
tangannya. Selang beberapa detik kemudian Lenata membalas juluran tangan Alvin
lalu bersalaman. Akhirnya situasi formalpun mencair dengan ditandai tawa ku dan
Lenata yang kegelian akan sikap Alvin yang konyol.
Terdengar
suara pintu terbuka, ternyata ibu Lenata datang dengan membawakan tiga gelas
jus jeruk dan sepiring kue kering di atas sebuah nampan.
“Wah…
sepertinya kalian lagi ngobrol asyik. Ini ibu bawakan sedikit snack untuk
kalian” Sambil menyimpan makanan di atas meja.
“Iya…
bu trima kasih yah… kenalkan ini temanku Alvin dan Flo. Mereka teman sekelasku
bu” Ucap Lenata sambil mengarahkan tangannya ke Alvin dan Flo untuk mengenalkan
mereka pada ibunya.
“Ibu
turun dulu, masih ada kue yang belum di turunin ke oven” Ucap ibu Lenata.
Hari
itupun aku dan Alvin mempunyai sahabat baru yang special. Dan kami juga menambahkan
janji di benak masing-masing mengenai indentitas Lenata yang sebenarnya, agar
tak menceritakan ini dengan siapa-siapa. Sungguh hari yang Seru !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar