Masih tak sempurna dan tak akan sempurna, tapi “insyaallah” bisa menyempurnakan diri.

Kamis, 07 Juni 2012

Pertemuan Sebuah Awal

Karya: Firah_ff
Pagi hari di kota Renstan sungguh sejuk, seperti biasanya. Matahari terlihat tersenyum padaku, hembusan angin yang sepoi-sepoi sangat menyejukkan hatiku di temani langit biru. Aku mengarahkan pandanganku pada jam tangan warna putih yang ku kenakan. “Astaga… udah jam tujuh aku terlambat ke sekolah” Rupanya aku terhanyut oleh pagi yang cerah, langsung saja aku berlari tanpa memikirkan apapun di sekitarku.
Bruk…
Aku menabrak seorang anak yang nampaknya seumuran denganku, anak itu mengenakan rok biru berwarna kotak-kotak dan baju putih yang terdapat lambang sekolah ku “Hanmoon” di lengan kanannya. Aku membantunya untuk berdiri dan meminta maaf kepadanya. Ia langsung saja lari dan tak menanggapi permintaan maafku.
Benar saja dugaanku, aku terlambat  untuk kesekian kalinya. Seperti biasanya aku melapor pada Shela yang piket hari ini dan memulai pekerjaan memberantas sampah di halaman sekolah dengan di senjatai sapu lidi yang terlihat sudah tua.
Aku memulai pertarunganku dengan sampah, tapi aku melihat seseorang yang sepertinya tak asing di mataku “Wah… bukankah itu anak yang aku tabrak tadi” gumamku. Aku langsung saja menghampiri anak yang senasip membersihkan sampah sepertiku.
“Hai… kenalkan namaku Flo, maaf yah… tadi pagi aku menabrakmu” ucapku ramah, sambil menjulurkan tangan. Anak itu membalas perkataanku dengan seyuman yang manis, tiba-tiba saja angin berhembus lembut dan mengayun-ayunkan rambut ikal anaknya.
“Aku Lenata, salam kenal Flo” Anak itu membalas menjulurkan tanganku dan bersalaman tanda tuk memulai pertemanan. Lenata teman yang baik, baru saja kami berkenalan aku sudah akrab dengannya.

kring…. kring… kring…
Bel masuk tlah berbunyi. Lenata langsung saja pergi ke ruang kepala sekolah, setelah aku memberi tahukan di mana ruangan kepala sekolah. Aku ingin mengantarnya tapi aku di tugasi guru olahragaku Mr. David untuk mengembalikan sapu-sapu ini.
Setelah  aku mengembalikan sapu ke gudang segera ku mencuci tangan dan pergi ke kelas.  
“syukurlah aku bisa beristirahat sebentar” gumamku sambil menyandarkan badan lelah ini ke bangku dan tiba-tiba…
“Woi… “Teriak sahabatku Alvin yang sepontan mengangetkanku, hampir saja aku terjatuh dari bangku.
“Ada apa, ngak lihat nih aku sedang bersantai” Ujarku agak kesal
“Iya… iya… maaf deh, habisnya serius banget nyantenya. Makanya ekor kuda jangan terlambat mulu datang ke sekolah” Alvin sok menasehatiku dengan seribu nasehatnya yang akan masuk ke telinga kananku dan ke luar ke telinga kiriku di tambah lagi mengejekku ekor kuda Karena memang rambutku seperti ekor kuda, namun aku tak pernah tersinggung akan ucapannya karena aku juga sering mengejeknya empat mata, tentu karena ia memakai kaca mata.
“Flo kamu tahu ngak hari ini kabarnya ada anak baru yang masuk ke kelas kita…” belum selesai Alvin memberiku gosip hari ini. Seperti biasanya. Tito berlari ke kelas sambil berteriak .
“Ms. Susan datang… Ms. Susan datang” Langsung saja semua murid di kelasku berlari tergesa-gesa ke bangku masing-masing. Tak terkecuali Alvin yang duduk di belakang bangku ku.
Hari ini Ms. Susan datang ke kelas kami tidak seperti biasanya, ia di temani seorang siswa. Benar saja itu siswa baru yang di ceritakan oleh Alvin, wah… terkejutnya aku melihat bahwa siswa baru itu adalah Lenata.
“Perkenalkan namaku Lenata, aku siswa pindahan dari luar kota. Salam kenal teman-teman” lagi, Lenata memberikan senyum manisnya pada kami sekelas tanda ia memberitahukan pada kami bahwa ia sosok yang ramah. Lenata menuju bangku yang akan ia gunakan. Hanya bangku di sebelahku yang belum terisi. Ms. Susan langsung saja menyuruh Lenata duduk di sampingku.
“Baiklah anak-anak siapkan buku mate-matika kalian dan buka halaman 45 coba kalian kerjakan soal nomor satu sampai lima“ Ujar Mis. Susan sambil membuka buku absen kelas kami.
“Hai… Len aku Alvin salam kenal” ujar Alvin agak pelan sambil memegang pundak Lenata.
“Iya salam kenal juga Vin” Lenata membalas perkenalan Alvin dengan ramah sambil menengok kearah Alvin.
            Sudah dua hari Lenata bersekolah di sekolah ku, tapi hari ini bangku di sebelah ku kosong. Dimana Lenata?. Ms. Susan memulai mengajar. ia membuka absen sambil memperbaiki kaca matanya. Satu-persatu nama siswa di panggil. Ketika nama Lenata dipanggil.
            “Lenata sakit miss ini suratnya” Ucap Alvin sambil mengacungkan tangan dan berjalan kearah Ms. Susan.
Aku terkejut lenata sakit, Alvin menyerahkan surat Lenata pada Ms. Susan dan ia berjalan kebangkunya. Belum saja Alvin duduk di bangkunya aku langsung bertanya mengenai keadaan lenata dan bagaimana bisa surat Lenata ada pada Alvin.
“Ibuku memberikannya tadi pagi, katanya sih tadi pagi ada ibunya Lenata yang datang ke rumahku dan menitipkan surat itu padaku. Oia… Flo ternyata rumah hantu yang ku ceritakan kemarin adalah rumah Lenata.” Alvin menjelaskan semuanya padaku sambil membuka bukunya.
 Aku dan Alvin keheranan dengan Lenata, kami berfikir itukan rumah yang di kenal rumah hantu di kota berg kenapa ada yang mau tinggal di sana. Walaupun Lenata memang anak yang baik dan ramah tapi ia tak pernah bercerita banyak tentangnya, di mana ia tinggal dan dari mana ia tinggal sebelum di kota berg. Muncullah sikap keingin tahuan aku dan Alvin mengenai Lenata, sejak aku dan Alvin bersahabat 6 tahun lalu kami menyukai satu hal yang sama, yaitu misteri. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk menjenguk dan mengetahui lebih banyak tentang Lenata, sore ini sepulang sekolah aku dan Alvin akan pergi ke rumah Lenata.
“Lenata… Lenata… “ Ucap Alvin dengan suara yang cukup nyaring sambilku mencoba mengetuk pintu rumah Lenata yang terlihat sudah berumur dan tak terawat.
“Flo, gimana nih sepertinya rumah Lenata kosong deh. Kita pulang ajah, yuk” Semangat Alvin mulai luntur karena tak ada juga orang yang menanggapi kedatangan kami berdua, tapi tiba-tiba pintu rumah terbuka dan keluar seorang wanita cantik dan sangat mirip dengan Lenata
“sepertinya ibu Lenata itu ibunya Lenata” bisik Alvin ke padaku dengan suara yang begitu pelan.
“Kalian teman-teman Lenata, yah. Silakan masuk Lenata ada di kamarnya” ucap wanita itu dengan ramah dan mengantarkan kami ke kamar Lenata. Aku dan Alvin takjub melihat di dalam rumah Lenata. Kami seakan berada di dalam mimpi, di luar rumah Lenata dan di dalam sangatlah berbeda 180°. semua benda-benda di dalam rumah tersusun rapi dan sangatlah mewah, sungguh rumah ini seakan tak terlihat sebagai rumah hantu. Aku melihat ke segala arah di rumah ini, tapi tiba-tiba …
Bruk…
Aku menjatuhkan buku yang tersusun rapi di atas meja dan dengan sekejap buku itu kembali ketempatnya dan merapikan diri sendiri “apakah ini sihir?” Ucap ku dalam hati. Aku dan Alvin hanya menyimpan keanehan dan semua hal yang menimbulkan seribu pertanyaan ini di dalam benak masing-masing. Tibalah kami ke kamar Lenata yang berada di dekat tangga lantai dua. “Tok… tok… tok…”Ibu Lenata mengetuk pintu kamar yang terpajang nama Lenata di depan pintu.
“Len… ini teman kamu ada di sini, buka pintunya” Ibu Lenata memanggil Lenata dengan lembutnya, tidak lama kemudian pintu kamar terbuka. Terlihat Lenata yang diselimuti selimut dengan hidungnya yang merah.
“Wah… Flo, Alvin ayo, masuk kita ngobrol di dalam kamarku” Lenata mengizinkan aku dan Alvin untuk masuk ke kamarnya yang begitu besar dengan, telivisi dan computer yang mewah.
“Len… ibu ke bawah dulu yah… ambil minuman untuk kalian” ucap ibu Lenata dengan senyumannya yang mirip dengan Lenata dan pergi sambil menutup pintu kamar Lenata.
kami bertiga duduk di beranda kamar Lenata pemandangannya begitu indah dengan pohon di pekarangan depan rumah Lenata. Awalnya aku agak bingung dan janggung untuk menyapa dan bertanya sesuatu pada Lenata karena kejadian tadi. Tapi Lenata memulai percakapan dengan…
“Bertanyalah, apa yang ingin kalian tanyakan padaku” Lenata mengucapkan kalimat itu dengan ramah sambil berdiri dan berjalan kearah pagar beranda.
“Ehm… Len, apa rumah kamu mempunyai kekuatan sihir?” Ucap Alvin agak ragu.
“Teman-teman sebenarnya aku dan keluargaku adalah penyihir, dan aku berasal dari dunia penyihir. Aku dan keluargaku datang ke bumi karena ingin mengalahkan Danstrom. Danstrom adalah penyihir jahat yang ingin menguasai dunia kalian, juga dunia penyihir. Di dalam tubuhku ini terdapat sebuah berlian fatula, berlian ini mempunyai kekuatan untuk meningkatkan ilmu seorang penyihir agar dapat menguasai seluruh jagat raya, itu sebabnya aku sering sakit seperti ini” Lenata menjelaskan semua hal yang sebenarnya tak boleh di ceritakan oleh manusia seperti aku dan Alvin.
“Len… apa kamu bercanda?” tanyaku dengan sikap yang ingin menghancurkan keadaan yang begitu formal ini.
Lenata mengangkat tangannya dan tiba-tiba saja, vas bunga yang ada di atas meja melayang-layang di udara. “Gimana kalian percaya aku penyihir, sebenarnya hal ini tak boleh di ceritakan oleh manusia. Tapi aku merasa kalian adalah orang yang baik dan baik pula menjadi sahabatku”. Ucap Lenata sambil menurunkan vas bunga itu dan kembali duduk.
Dengan spontan Alvin mengatakan
“Oke, baiklah selamat Len… kamu resmi menjadi sahabat kami” Sambil menjulurkan tangannya. Selang beberapa detik kemudian Lenata membalas juluran tangan Alvin lalu bersalaman. Akhirnya situasi formalpun mencair dengan ditandai tawa ku dan Lenata yang kegelian akan sikap Alvin yang konyol.
Terdengar suara pintu terbuka, ternyata ibu Lenata datang dengan membawakan tiga gelas jus jeruk dan sepiring kue kering di atas sebuah nampan.
“Wah… sepertinya kalian lagi ngobrol asyik. Ini ibu bawakan sedikit snack untuk kalian” Sambil menyimpan makanan di atas meja.
“Iya… bu trima kasih yah… kenalkan ini temanku Alvin dan Flo. Mereka teman sekelasku bu” Ucap Lenata sambil mengarahkan tangannya ke Alvin dan Flo untuk mengenalkan mereka pada ibunya.
“Ibu turun dulu, masih ada kue yang belum di turunin ke oven” Ucap ibu Lenata.
Hari itupun aku dan Alvin mempunyai sahabat baru yang special. Dan kami juga menambahkan janji di benak masing-masing mengenai indentitas Lenata yang sebenarnya, agar tak menceritakan ini dengan siapa-siapa. Sungguh hari yang Seru !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar